Selasa, 26 Februari 2013

MIMBAR BUDAYA: GELANGGANG SAJAK : Tommy Sianturi, Halim Mansyur S...

Sabtu, 16 Februari 2013
GELANGGANG SAJAK : Tommy Sianturi, Halim Mansyur Siregar



Tommy Sianturi :
PETANG


Kelopak mataku meringkuk
terhempas laksa hembusan angin
menggantungkan butir-butir rindu
rebah di dahan yang kita semai.
Aku rela langit mendung membasuh,
kesunyian petang membahana pekarangan.
Pun kutiru lolongan serigala menggelegar
Layaknya aku tercabik-cabik kenangan.
Ladang Kompak, 2012


TERNGIANG

Terngiang dendang lampau
dari rahim bumi.
Menempatkan batin
menjemput pagi sebelum kembara;
Kembali cocokan jejak kecil di lapangan,
aroma hujan,
teriakan menyambar-nyambar,
suara bel sepeda kala sayu senja menjalar.

Sekelebat deruh angin merampas sebingkai album
sinar rembulan pun mengagetkanku dari lamunan.
Ladang Kompak


LANGKAH KAKI

langkah kaki menghentak
menggoncang rumput lalu debu berlarian;
biarkan hentakan penuh semangat
meremukan daun-daun rapuh;
hamparan ranting-ranting tak kokoh
bergelimpangan digerogoti waktu.

Kadang malam semakin dingin,
debur ombak menghempas batu karang,
jarum jam menusuk-nusuk.
Pucuk-pucuk cemara menggigil beku,
langkah kaki kaku tak menentu
namun impian semakin menderuh
dalam kalbu rindu.
Ladang Kompak


GADIS BERPAYUNG HITAM

gadis berpayung hitam
tersedan-sedan menjerit menengadah
merelakan deras hujan menimpa ubun-ubun
seraya dalam isak tangis kembara batang kara.

terik siang menghadang jalan
gadis berpayung hitam
menggelepar pada padang belukar,
memuntahkan batas peluh
akhir nafas melumat tumpah.
Ladang Kompak


SEBELUM

malam-malam terasa kembar
mencoba tilik ranah perjuangan
dalam kepakan sayap impian rembang.
membasahi pucuk-pucuk dahaga.

kejora berpacaran bersama rembulan,
deruh angin mendesah sukma
menghunus rembuk nyanyian petuah;
sebelum rembulan beranjak ke peraduan
meninggalkan gugusan gemerlapan,
Sebelum daun-daun berguguran
Menahan masa rentan.
Sebelum usia melumat tumpah
Berlayarlah mendekati impian.
Ladang Kompak


Tommy Leonardo Sianturi, lahir di B. Aceh 16 Oktober 1992. Mahasiswa Sastra Indonesia semester IV, Fakultas Ilmu Budaya, USU. Sekarang aktif dalam komunitas “Kompak” Taman Budaya dan pecinta karya Sastra.


Halim Mansyur Siregar :
LELAH


Entah sampai kapan ku tak tahu
diri ini mampu berteman dengan waktu yang terus berpacu
lelah dan jengah rasanya kaki dan hati menjelajahi belantara kehidupan
daun-daun cemara mengering layu, jatuh tersungkur di atas batu
rerantingnya lapuk, remuk membusuk
pohon-pohon meranggas gersang sejauh mata memandang
hingga tatapanpun terbalut kabut
basah oleh butiran-butiran kristal bening
tumpah menggantikan kata-kata
tiada sanggup menampung resah yang membuncah
wadahnya telah pecah lantaran angan tak dapat diwujudkan
sementara langit juga kian temaram oleh mega yang menghitam
seakan cuaca tidak lagi kuasa mengusung sang surya
dan kesunyian semakin menghunjam
tatkala urung bertemu pandang dengan rembulan penghias malam
ah, haruskah kututup saja semua pintu dan jendela rindu di bilik kalbu
agar aku bisa punya lebih banyak waktu
hanya berdua bersama-Mu tanpa ada yang mengganggu



EPISODE KALI INI


Tunggu saja saatnya wahai sang tugu batas kota
jadilah saksi bahwa sebentar lagi aku pasti kembali ke sana
kendati mesti membawa luka dari tahun-tahun yang merana
kini aku telah menjelma putik bunga yang begitu rindu kumbang pujaannya
dan aku tak peduli meski episode kali ini sarat dengan keringat, darah dan airmata
bahkan akupun telah siap dengan resiko menggali lubang tuk mengubur diri sendiri
entahlah
tapi yang jelas, sekarang aku telah semakin yakin dan berani
karena kupikir hari demi hari akan terus dan tetap saja pergi
sementara aku cuma menangis dan merengek di sini
sungguh, aku telah bosan dihina oleh cuaca
aku jemu hanya duduk termangu menanti hujan reda
akan kulakukan segala yang aku bisa
guna membebaskan rembulan dari sekapan awan
sebelum cahayanya lunglai dan kemilaunya menjadi bangkai

Diposkan oleh Suyadi San di 21.58